Thursday, February 22, 2018

Kepergok Tidur Di Lantai Kereta Api. Intip Yuk, Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo Yang Membumi!

“Nek turu neng kursi raiso slonjor. Kurang angler (nyenyak),” lanjut Hari menirukan ucapan Ganjar.

via tribunnews.com

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sempat bikin heboh netizen beberapa hari lalu. Sebuah foto yang menangkap dirinya tengah tirdur di lantai kereta mendadak viral dan jadi bahan perbincangan netizen. Apik-apik masih merakyat tulis akun Dessi Chandra. Adalah Hari ‘Siwhed’ Istata yang menyebarkan foto Ganjar tersebut via akun Facebooknya pada Jumat siang (11/11). Viralnya foto Ganjar yang tengah tertidur pulas di lantai kereta lantas kembali melambungkan citra dirinya sebagai pemimpin yang membumi. Jauh sebelum viralnya foto ini pun Ganjar memang sudah tenar sebagai salah satu dari segelintir kepala daerah yang rendah hati dan inspiratif. Nah, karenanya kali ini Hipwee mencoba membahas sosoknya yang layak untuk dijadikan panutan.

Kepergok Tidur Di Lantai Kereta Api. Intip Yuk, Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo Yang Membumi!


Bukannya cari muka, Alasan Ganjar tidur di lantai kereta semata karena kenyamanan. Setelah lelah bertugas, gubernur berwajah tampan ini ingin selonjoran saja katanya…
Ganjar nampak pulas tertidur di lantai kereta.


Ganjar sendiri tidak tahu kalau foto dirinya tersebut viral di dunia maya. Saat itu, Ganjar tengah dalam perjalanan dari Jakarta menuju Cilacap via kereta api Purwajaya. Bukan cari muka, Ganjar tidur di lantai kereta lantaran ia mencari posisi yang nyaman untuk tidur selepas menjalani aktivitas yang melelahkan. Hari itu agenda Ganjar memang padat, dari menjadi inspektur upacara pada peringatan Hari Pahlawan, ikut bersih-bersih sampah di Cilacap, hingga membacakan puisi di sebuah acara yang diadakan oleh media besar di Jakarta. Esoknya, ia pun harus kembali ke Cilacap untuk menjalani agenda dinasnya di sana.

Kepergok Tidur Di Lantai Kereta Api. Intip Yuk, Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo Yang Membumi!


Serangkaian kegiatan dan perjalanan Cilacap – Jakarta – Cilacap wajar saja membuat Ganjar tertidur pulas dengan posisi yang merakyat di lantai kereta. Sesuatu yang mungkin enggan dilakoni oleh pejabat lain yang terbiasa dengan fasilitas mewah. Namun Ganjar berbeda, dengan jabatan tinggi yang dimilikinya, ia tak gengsi untuk tidur dengan posisi nyamannya yang merakyat.

Pada tahun 2013 saat akan dilantik, Ganjar mulai bikin masyarakat jatuh hati karena keputusan memilih Innova sebagai kendaraan dinasnya. Yang lantas diikuti oleh pejabat lainnya
Ganjar dan mobil dinasnya.


Foto tersebut bukan satu-satunya bukti bahwa Ganjar adalah pemimpin yang membumi. Menjelang pelantikannya sebagai Gubernur Jateng pada tahun 2013 yang lalu, sosoknya mulai mencuri perhatian masyarakat. Kala itu, Ganjar lebih memilih Kijang Innova sebagai kendaraan dinasnya. Ketimbang mobil mewah seharga Rp 1,5 miliar. Keputusannya tersebut semata untuk menghemat anggaran. Agar bisa dialokasikan untuk hal yang lebih penting, misalnya membangun berbagai infrastruktur di provinsi Jateng.

Kabar baiknya, langkah Ganjar tersebut diikuti oleh Plt Wali Kota Semarang -Hendrar Prihadi. Hendrar juga memilih Innova sebagai mobil dinasnya, ketimbang mobil lain yang berharga lebih mahal. Wah, semoga banyak para pemimpin dan pejabat daerah negeri ini yang mengambil langkah yang serupa dengan Ganjar dan Hendrar ya.

Pemimpin yang baik adalah yang mau mendengarkan keluhan warganya. Seperti halnya Ganjar yang mendengar curhatan warganya terkait raskin yang berkutu
Ganjar, pemimpin yang mau mendengarkan keluhan warganya. 

Pada sebuah kesempatan, Ganjar yang tengah berdialog dengan warga di sebuah desa di Sukoharjo mendengarkan curhat seorang warga terkait beras raskin yang kini namanya berganti jadi rastra (beras sejahtera). Bahwa rastra yang didapat warga selama ini kualitasnya masih kurang layak dikonsumsi, yakni berkutu. Sehingga banyak dari warga yang memilih untuk menjualnya saja, ketimbang mengonsumsinya.

Menanggapi keluhan warganya tersebut, Ganjar lantas berencana untuk memberi usulan kepada presiden terkait kualitas rastra yang seharusnya bisa lebih baik dari yang diterima warga saat ini. Ganjar memang kerap memanfaatkan dialog bersama warganya sebagai kesempatan untuk bisa memahami keluhan-keluhan warganya.


Gubernur yang punya slogan ‘mboten korupsi lan mboten ngapusi’ ini sangat antipati dengan pungli dan budaya setoran. Bukti integritasnya sebagai pemimpin
Ganjar sangat geram mengetahui adanya pungli di jembatan timbang.

Ganjar sudah beberapa kali memergoki praktik pungli. Seperti saat ia memergoki pungli yang terjadi di jembatan timbang, Subah – Batang pada tahun 2014 lalu. Ia geram kala mendapati para kernet dan sopir yang truknya kelebihan muatan lantas menaruh uang di atas meja petugas jembatan tanpa struk sebagai tanda bukti. Sebagai denda, uang yang diberikan itu jumlahnya tidak sesuai dengan peraturan dan tidak ada struk sebagai buktinya. Jika terus-menerus dibiarkan dan hampir semua truk kelebihan muatan, pantas saja menurut Ganjar, jalanan mudah rusak. Sementara itu butuh dana yang tidak sedikit untuk memperbaikinya.

Pun yang terjadi beberapa waktu lalu, Ganjar mendapati praktik pungli yang terjadi di Samsat Magelang. Sebelumnya Ganjar sudah mendengar keluhan pungli ini dari warga, ia pun bersegera mengadakan sidak ke TKP. Pungli itu benar adanya saat ia menanyakan langsung pada seorang kakek yang tengah mengurus pajak kendaraan bermotor. Kakek itu mengatakan harus membayar uang Rp 50 ribu kepada aparat untuk cek fisik kendaraan, yang mana seharusnya gratis. Ganjar sangat kecewa dengan praktik pungli yang sudah membudaya tersebut. Menurutnya, praktik pungli ada lantaran para petinggi yang kerap minta setoran. Waduh, sulit sih ini kalau sudah menyangkut orang atas.

Tak hanya sosoknya yang membumi, Ganjar juga tergolong pemimpin yang sangat apresiatif terhadap seni budaya. Kamis Jawi jadi salah satu buktinya
Ganjar termasuk pemimpin yang perhatian terhadap seni budaya. 

Sebagai orang nomor satu di Jateng, perhatian Ganjar terhadap seni budaya cukup besar. Beberapa kali politisi PDIP ini turut serta bermain wayang orang dan ketoprak di atas panggung. Ganjar juga menggalakan Kamis Jawi, di mana bahasa Jawa digunakan dalam rapat dan acara-acara seremonial setiap hari Kamis. Tak hanya itu, suami dari Siti Atiqoh Supriyanti ini juga menetapkan tanggal 15 setiap bulannya sebagai hari berpakaian adat Jawa. Kebijakan yang diterapkan Ganjar ini mirip dengan yang digalakan Kang Emil di Bandung, yakni Rebo Nyunda. Semoga semakin banyak kepala daerah yang peduli pada seni budaya ya, guys!

Kemampuan kepemimpinan Ganjar ternyata sudah dipupuk dari sejak dirinya masih menjadi aktivis kampus. Buat kamu yang saat ini masih menjadi mahasiswa, sosok Ganjar layak untuk dijadikan teladan
Ganjar Pranowo juga menjabat sebagai ketua umum KAGAMA.

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini juga menjabat sebagai ketua umum KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) periode 2014-2019. Jiwa kepemimpinan pria kelahiran Karanganyar – Jawa Tengah, 28 Oktober 1968 silam ini memang sudah terasah sejak duduk di bangku kuliah. Selama menjadi mahasiswa, Ganjar aktif bergabung dalam beberapa organisasi, diantaranya GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) dan Mapagama (Mahasiswa Pencinta Alam Gadjah Mada).

Buat kamu yang saat ini masih berstatus mahasiswa, bisa banget menjadikan Ganjar sebagai teladan. Salah satunya tentang definisi kuliah yang tak hanya diisi dengan teori semata, tapi juga aktivitas organisasi yang bermanfaat dalam mengasah kemampuan kepemimpinan. Setuju nggak nih, guys?

Semoga ke depannya akan ada banyak kepala daerah yang membumi seperti Ganjar Pranowo. Yang tanpa ‘dilayani’ dengan fasilitas mewah, tetap berkontribusi banyak untuk daerahnya.

Related Posts

Kepergok Tidur Di Lantai Kereta Api. Intip Yuk, Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo Yang Membumi!
4/ 5
Oleh